Burung Merpati Yang Agung

Dahulu kala, di sebuah desa ada seorang dokter yang membuka praktek. Setiap kali mau pergi ke tempat pasien berrada, Sang dokter menggunakan sepeda dan dia selalu membawa seekor burung merpati. Setiap ada pasien yang sakit, sang dokter harus mengayunkan sepeda berpuluh kilometer. Pada suatu saat terdengar suara ketukan pintu, ternyata seorang ayah yang sangat panik karena anaknya sakit, lalu sang dokter pun bergegas untuk pergi ke rumahnya.

Sesampainya di sana, sang dokter memeriksa anak tersebut, ternyata anak tersebut terserang radang tenggorokan sehingga membuat tubuh si anak naik panas dan menggigil. Sang dokter pun menulis resep obat dan mengikatkannya pada merpati tersebut. Dokter pun berkata, “Pulanglah……….”. Sang merpati pun terbang. Satu jam kemudian orang tua anak tersebut berkata, “Dok………apakah anak saya tidak apa-apa?”. Dokter pun menjawab, “tidak apa-apa, kalau obatnya sudah datang, nanti panasnya akan turun”. Lalu orangtua anak tersebut duduk kem­bali dengan wajah sangat gelisah.

Satu jam lebih kemudian, dokter mulai merasa curiga. Biasanya merpati membutuhkan waktu 1 jam untuk menempuh perjalanan, tetapi sampai sekarang merpati tersebut masih belum datang. Dua jam kemudian asisten dokter tersebut datang. Dokter menanyakan kenapa dia terlambat? Asisten itu hanya bisa diam dengan muka yang sedih. Lalu dokter memberi anak itu minum obat. Akhirnya orang tuanya sudah bisa tenang. Kemudian, dokter berpamitan pulang. Sesampain­ya di rumah, dokter bertanya lagi, “kenapa kamu terlambat?”. Barulah sang asisten bercerita bahwa saat merpati itu sedang terbang, di tengah jalan ada yang menem­bak dan pada saat saya menemukannya di depan pintu, merpati ini sudah banyak kehilangan darah. Saya sudah berusaha menolongnya tetapi apalah daya merpati itu sudah kehilangan nyawanya.

Setelah itu, sang dokter dan asistennya pun menguburkan merpati itu di belakang rumah. Beberapa minggu kemudian terdengar suara ketukan pintu lagi. Ternyata orangtua dan anak tersebut yang datang untuk mengucapkan terimaka­sih. Sang dokter pun berkata, “jangan berterimakasih kepada saya.” Orangtua dan anak tersebut heran. Lalu mereka diajak ke belakang rumah. Anda lihat gundukan tanah itu, itu adalah kuburan merpati. Jika tanpa merpati itu, mungkin anak anda tidak bisa mendapatkan obat dan tidak akan sembuh. Maka yang patut anda ucap­kan terimakasih adalah kepada merpati itu. Orangtua dan anak itu sangat terharu hingga meneteskan air mata.

sumber: dari berbagai sumber



0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review