Pada suatu ketika YM Mahakaccana
sedang berdiam di Varana di tepi Danau Lumpur. Pada saat itu brahmana Aramadanda mendekati YM Mahakaccana dan bertukar salam dengannya. Setelah selesai bertukar salam dan bertegur sapa, dia duduk di satu sisi dan bertanya kepada YM Mahakaccana.
“Apakah penyebab dan alasannya, Guru Kaccana, sehingga bangsawan berselisih dengan bangsawan, brahmana dengan brahmana, perumah tangga dengan perumah tangga?”
“Wahai brahmana, karena nafsu akan kesenangan indera, karena kemelekatan, ikatan, keserakahan, obsesi dan mengukuhi kesenangan kesenangan indera maka bangsawan berselisih dengan bangsawan, brahmana dengan brahmana, perumah tangga dengan
perumah tangga.”
“Tetapi, Guru Kaccana, apakah penyebab dan alasannya sehingga petapa berselisih dengan petapa?”
“Brahmana, karena nafsu terhadap pandangan, karena kemelekatan, ikatan, keserakahan, obsesi, mengukuhi pandangan-pandangan maka petapa berselisih dengan petapa.”
(Anguttara Nikaya II, vi, 6)
(Petapa/agamawan) dengan orang biasa lainnya adalah keinginan yang berlebihan
(keserakahan) pada kesenangan-kesenangan yang memuaskan indera. Sedangkan penyebab perselisihan para petapa (agamawan) dengan petapa lainnya adalah keinginan yang berlebihan (keserakahan) untuk mempertahankan
pandangan-pandangannya.
Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa dua hal utama yang dapat menyebabkan perselisihan (siapapun orangnya) yaitu:
1. Keegoisan untuk mempertahankan pandangan-pandangan yang dimiliki.
2. Keserakahan untuk memiliki/mendapatkan sesuatu yang digunakan vvv untuk memuaskan kesenangan indera.
sumber: dikutip dari berbagai sumber
0 comments:
Post a Comment