Pada suatu ketika, seorang Kaisar China ingin memilih pengganti tahtanya. Kaisar tersebut sudah tua & tidak memiliki putra. Karena ia sangat menyukai bunga & tumbuhan, ia memutuskan untuk memanggil semua anak di kerajaannya & memberikan mereka masing – masing sebiji benih.
Ia mengatakan bahwa anak yang memiliki hasil terbaik dalam waktu enam bulan akan memenangkan kompetisi tersebut & akan menjadi penerus tahtanya.
Semua anak di China ingin memenangkan kontes tersebut. Berkumpullah banyak anak – anak di istana pada hari ketika Sang Kaisar memberikan biji benih. Setiap anak membawa pulang satu biji benih di tangannya.
Salah seorang anak bernama Jun. Ia pandai berkebun, semua orang di desanya mengatakan bahwa ia seorang petani muda terbaik di desa itu. Ia dengan hati – hati membawa benih dari Sang Kaisar pulang ke rumahnya.
Di rumah, ia mencoba menumbuhkan biji benih itu dalam sebuah pot dengan teliti & sebaik – baiknya.
Satu minggu sesudahnya , Cheun memberitahukan bahwa biji benihnya sudah bertunas. Manche kemudia mengatakan bahwa dalam potnya sudah muncul tunas muda. Lalu Wong pun menyatakan hal yang sama. Jun menjadi bingung – tak ada satu pun dari anak – anak tersebut yang dapat menanam pohon sebaik dirinya! Tapi biji benih Jun tidak tumbuh.
Segera semua pot di seluruh desa itu telah bertunas. Kemudian anak – anak tersebut memindahkan tanaman mereka keluar supaya tunas mudanya mendapatkan sinar matahari yang cukup. Segera, puluhan tunas muda dalam pot di desa Jun telah bertumbuh daun. Tapi biji benih Jun tidak tumbuh.
Jun kebingungan – apa yang salah? Dengan seksama Jun memindahkan biji benihnya ke dalam pot baru. Ia mengubah cara menanamnya, tapi tetap saja biji benih Jun tidak tumbuh.
Enam bulan berlalu. Semua anak harus membawa tanaman mereka ke istana untuk dinilai. Cheun, Manchu, Wong & ratusan anak lainnya menyiapkan pot tanaman mereka. Kemudian mereka memakai pakaian terbaik yang mereka miliki. Beberapa orangtua mendampingi putra mereka membawakan tanamannya.
“Apa yang harus kulakukan?” Tanya Jun pada orangtuanya.
“Biji benihku tidak mau tumbuh! Pot milikku kosong!”
“Kau sudah melakukan yang terbaik,” jawab ayahnya.
“Jun, bawa saja pot milikmu kepada Kaisar,” balas ibunya, “Itulah usaha terbaikmu.”
Jun membawa pot kosong miliknya ke istana. Ia merasa malu, tapi apa yang dikatakan orangtuanya benar. Ia telah berusaha sebaik mungkin.
Di istana, semua anak berbaris rapi. Mereka menunjukkan tanamannya. Kemudian Sang Kaisar memeriksanya satu per satu.
Ketika ia mendatangi Jun, ia mentertawakannya & bertanya,”Apa ini? Kau membawakan aku pot kosong??”
“Ya, Yang Mulia,” jawab Jun,”Saya mencoba sebaik mungkin. Saya menanam biji benih Yang Mulia berikan dengan tanah subur. Saya menjaga & mengamatinya setiap hari. Ketika biji benihnya tidak tumbuh, saya memindahkannya ke dalam pot baru. Saya bahkan memindahkannya kembali. Tapi tetap saja tidak tumbuh. saya minta maaf Yang Mulia.” Jelas Jun sambil menggelengkan kepala.
“Hmm,” jawab Sang Kaisar,”Aku akan memilihmu sebagai penerusku,” lanjutnya. Semua orang terkejut. Tapi kemudian Sang Kaisar berkata,”Saya tidak tahu darimana anak – anak ini mendapatkan biji benihnya. Tidak mungkin ada yang tumbuh dari biji – biji benih yang aku berikan pada mereka. Aku telah merebus semua biji benihnya.”
Dan dia tersenyum pada Jun & berkata,”Kau adalah satu – satunya anak yang mau jujur kembali dengan membawa pot kosong.”
(Diterjemahkan & diadaptasi dari: Stories to Grow by, oleh: Hery Cahayadi, English Teacher @ Perguruan Buddhi Junior High School, Tangerang)
Posted in: Fabel
0 comments:
Post a Comment